[Curhat] Yakin kamu bukan pembully?

Halo!

Post kali ini gak akan panjang. Karena toh ini ngetik pake handphone juga. Tapi, mumpung keingetan, aku rasa aku mau menuangkannya ke blog post biar ingat.

Aku mau bahas soal bullying karena kebetulan lagi jadi hot issue. Aku gak akan bahas dari sisi teori nya gimana ya karena aku awam. Aku cuma mau bahas dari akal sehatku dan pengalamanku saja.

----

Kemarin habis lihat video anak Univ G yang dibully, dan rasanya miris banget. Kok tega ya? Rasa simpatiknya dimana? Gak kasian apa ya itu? Aku pribadi bahkan jadi emotionally attached terhadap kasus tsb dan sangat kecewa ketika pihak Univ G menyatakan itu hanya candaan spontan. Tapi anyway, karena kasus itu, aku jadi teringat pengalamanku sendiri.

Dulu, saat SMA, aku punya teman namanya Ridwan. Buat sebagian besar orang, dia berbeda. Senangnya diam, kalau dia bicara kami harus memintanya mengulang karena volumenya sangat kecil, sampi cara berjalannya saja.....berbeda. Dia tidak berekspresi. Ya marah mukanya gitu, ya seneng mukanya gitu. Nada suaranya juga datar. Dia mengaku punya 300 alergi dan mengaku tidak senang dengan adanya orang lain. Dia tidak mau membuka mulutnya ketika berbicara sehingga seperti bergumam. Setiap hari dia bawa segunung tisu karena kelas kami tidak bersih.

Saking "beda" nya, anak kelas lain literally datang ke kelas kami untuk sekedar melihat "yang mana sih Ridwan?". Saat itu tentu kami menganggap itu lucu. Lambat laun, dia jadi bahan tertawaan. Dia jadi bahan ejekan dan sasaran candaan. Kami tidak pernah main fisik seperti yang di video Univ G, tapi kami ngomongin dia di belakangnya. Kami menunjuk-nunjuk dan tidak begitu mau bergaul dengannya. Kami membedakan dia.

Ada satu masa dimana Ridwan sepertinya marah karena dia yang biasanya diam tiba-tiba mengambil penghapus whiteboard dan mengelapkan bagian hitamnya ke muka salah satu temanku. Saat itu kami menganggapnya lucu. Lalu kami juga pernah menemukan kalau dia punya semacam "list orang yang dia benci", nama beberapa teman ada disitu dan lagi-lagi kami menganggap itu candaan.

Akhirnya, kami naik kelas, dan somehow kami lost contact dengannya. Begitu saja. Kami tidak pernah meminta maaf.

Kalau kemudian kupikir kembali, bukankah saat itu teman-temanku adalah pembully dan aku adalah bystander yang sama bersalahnya? Bukannya aku sama saja dengan 9 orang di video Univ G itu?

Kalau begitu, yang kulihat di video itu adalah manifestasi dari apa yang Ridwan alami di SMA. Bahwa si pembully yang dihujat banyak orang kini, sama dengan kami dahulu.

Sebelum kalian judge, kami juga pernah melakukan hal-hal baik untuk Ridwan. Tapi tidak menghapus fakta bahwa kami pernah mengolok-oloknya.

Ah makin kupikir, makin menyesal aku mengingatnya.

Ridwan jika kamu baca post ini, kami sangat menyesal dan meminta maaf atas apa yang pernah kami lakukan dulu. We were stupid and we didn't mean to hurt you. Aku sangat menyesal gak melakukan apa-apa dan ikut ketawa. Semoga kamu memaafkan kami semua.. Dan semoga kamu sehat-sehat ya.




Jakarta, Juli 2017.
Alif.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biaya Hidup (Living Cost) Kuliah di Groningen, Belanda

[Cerita] Interview Magang di Traveloka

[Cerita] Magang di Accenture Indonesia yuk!